Hasil diskusi Kelompok 2 – Modul 1.1

Ruang Kolaborasi (Kelas 11.121.SULSEL_Nasran) Senin, 24 Juni 2024. Jam 14.00 – 16.00 WITA

Pada hari Senin, 24 Juni 2024, telah diadakan diskusi, yang dipandu oleh Bapak Nasran sebagai fasilitator. Ini berlangsung dari pukul 14.00 hingga 16.00 WITA dan dihadiri oleh 2 pengajar praktik yaitu Bapak S. Abdul Aziz dan Ibu Nurhudayana Ridwan. Peserta diskusi terdiri dari sepuluh calon guru penggerak, termasuk Bapak Erwin, Ibu Fatmawati, Ibu Irmawati, Bapak Ismail Rahman dan saya, sehingga menciptakan suasana diskusi yang produktif.

Diskusi ini berfokus pada pemikiran Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional yang sangat dihormati, dan bagaimana nilai-nilai kearifan lokal di Sulawesi Selatan khususnya kota Makassar dapat mendukung penerapan ide-ide beliau dalam dunia pendidikan. saya termasuk dalam kelompok 2, yang terdiri dari Bapak Ismail Rahman, saya Muchlis Sulemang, Bapak A. Lukman, Ibu Nur Wahyuni, dan Ibu Novita Sari, menyampaikan hasil diskusi yang mencakup berbagai aspek penting.

Kekuatan Konteks Sosio-Kultural, Salah satu poin utama yang kami angkat adalah kekuatan konteks sosio-kultural di Sulawesi Selatan khususnya kota Makassar yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Kelompok kami menekankan bahwa nilai-nilai kearifan lokal seperti “sipakalebbi” (saling menghargai), “sipakainge” (saling mengingatkan), “siri na pacce” (penanaman budi pekerti), dan “sipakatau” (saling memanusiakan) sangat penting dalam membangun karakter peserta didik. Nilai-nilai ini tidak hanya mencerminkan budaya lokal, tetapi juga sejalan dengan prinsip pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya karakter dan integritas.

Penguatan Karakter Peserta Didik, Melalui diskusi, kelompok kami sepakat bahwa konsep “Pendidikan Karakter” adalah salah satu kekuatan utama yang perlu diterapkan dalam konteks lokal. Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai lokal diharapkan dapat membantu peserta didik menginternalisasi sikap saling menghargai, gotong royong, dan kebersamaan. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya menjadi individu yang berprestasi, tetapi juga menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan berintegritas.

Tantangan dalam Implementasi, Namun, tantangan dalam menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara di lingkungan sekolah tidak bisa diabaikan. kami sebagai pendidik sering kali menghadapi kesulitan dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal secara nyata dalam praktik sehari-hari di sekolah. kami juga harus mengatasi resistensi dari pihak-pihak yang belum memahami pentingnya integrasi nilai-nilai budaya dalam pendidikan.

Solusi Konkret, Untuk mengatasi tantangan tersebut, diskusi kami menghasilkan beberapa solusi konkrit yang dapat diimplementasikan oleh pendidik:

  1. Pendidikan dan Pelatihan: Pendidik disarankan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah serta pemikiran Ki Hajar Dewantara. Misalnya, mengikuti webinar yang membahas pendidikan karakter dapat memberikan wawasan baru dalam implementasi nilai-nilai tersebut.
  2. Penggunaan Teknologi dan Media: Memanfaatkan teknologi dan media dalam proses pembelajaran dapat membantu menyebarkan nilai-nilai secara lebih luas dan efektif. Pendidik dapat menggunakan media presentasi seperti PowerPoint dan video untuk menjelaskan dan mengedukasi siswa tentang pentingnya nilai-nilai budaya dan pendidikan karakter.
  3. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap implementasi program pendidikan karakter. Dengan evaluasi yang tepat, pendidik dapat mengidentifikasi keberhasilan serta kendala yang dihadapi, sehingga bisa dilakukan perbaikan dan peningkatan ke depannya.
  4. Konsistensi dan Kesinambungan: Pendekatan pendidikan karakter harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Pendidik diharapkan untuk terus mendampingi siswa dalam menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari.

Diskusi ini merupakan langkah positif dalam mengintegrasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Sulawesi Selatan khususnya kota Makassar. Dengan adanya kolaborasi antara pendidik dan peserta didik, diharapkan tercipta lingkungan pendidikan yang lebih bermakna dan relevan dengan konteks lokal. Melalui penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam kurikulum, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan karakter yang kuat serta rasa cinta terhadap budaya mereka sendiri.

Ke depan, kami para pendidik diharapkan dapat terus berinovasi dalam metode pengajaran, menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memperkuat identitas budaya peserta didik. Selain itu, penting bagi pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah dan lembaga pendidikan, untuk mendukung inisiatif ini dengan menyediakan sumber daya dan fasilitas yang memadai.

Dengan semangat gotong royong dan kerja sama, diharapkan pendidikan di Sulawesi Selatan khususnya kota Makassar dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kaya akan nilai-nilai moral dan etika, sehingga siap menghadapi tantangan masa depan. Diskusi ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen semua pihak dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan, selaras dengan visi Ki Hajar Dewantara yang mengutamakan pendidikan untuk semua.

File Hasil Diskusi kami, Kelompok 2. Klik di sini

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Indonesian
Exit mobile version